Persaingan Ketat di Era Experience Economy – Era digitalisasi bukan cuma soal memanfaatkan teknologi, namun juga meningkatkan pengalaman konsumen. Karena itu, bersiaplah menyambut era experience economy.
Ketika berbicara tentang disrupsi yang dilakukan perusahaan digital seperti Uber atau AirBnB, kita seringkali fokus pada pembahasan teknologi. Padahal jika ditilik lebih dalam, teknologi sebenarnya hanyalah alat. “Yang lebih penting adalah bagaimana teknologi memberikan pengalaman lebih baik kepada konsumen” ungkap Keerti Melkote (pendiri dan CEO Aruba Networks). Keerti mengatakan hal tersebut saat membuka Aruba APAC Atmosphere 2018 yang berlangsung di Bangkok, Thailand. Di depan InfoKomputer dan ratusan peserta konferensi, Keerti menekankan pentingnya menghadirkan pengalaman terbaik bagi konsumen. “Karena sekarang kita memasuki era yang disebut Experience Economy” ungkap Keerti. Di era seperti ini, konsumen hanya akan memilih produk atau platform yang mampu menghadirkan pengalaman lebih baik.
Manfaatkan Teknologi
Kemajuan teknologi saat ini sebenarnya membuka peluang untuk menghadirkan next generation experience. Keerti menunjuk industri perhotelan sebagai salah satu contohnya. “Saat ini, hotel masih menggunakan teknologi 90-an ketika tamu harus mengantri di front desk setiap kali melakukan check-in” ungkap Keerti. Padahal kemajuan teknologi saat ini sebenarnya memungkinkan pengalaman yang lebih memudahkan bagi konsumen. Hotel Grand Park City Hall di Singapura, misalnya, memadukan teknologi face recognition, Bluetooth Low Energy, dan selfie sehingga tamu bisa checkin dan masuk ke kamar tanpa harus ke front desk. Caranya setiap kali akan melakukan check-in, tamu cukup memindai paspor dan melakukan selfie lalu mengirimkannya ke petugas front desk. Setelah itu, pihak hotel akan melakukan face recognition dan pemeriksaan manual untuk memastikan tamu yang melakukan selfie sesuai dengan foto di paspor. Setelah dipastikan sesuai, front desk akan mengirim electronic keydoor ke smartphone tamu tersebut.
Karena kunci kamar sudah mendukung teknologi Bluetooth Low Energy, sang tamu cukup mendekatkan smartphonenya ke kunci dan pintu pun otomatis akan terbuka. Contoh lain adalah Bangkok Hospital. Seperti diungkap Veerasak Kritsanapraphan, CTO dari Bangkok Hospital, saat ini pihaknya gencar memanfaatkan teknologi untuk menambah kenyamanan pasien. Salah satu fasilitas mendasar yang disediakan adalah koneksi WiFi untuk seluruh kawasan rumah sakit. Namun di atas fasilitas itu, manajemen rumah sakit membangun sistem berdasarkan lokasi (location-aware). “Jadi ketika dokter masuk ke sebuah kamar, tablet PC yang mereka bawa akan langsung menampilkan rekam kesehatan pasien di kamar tersebut” ungkap Veerasak. Bahkan di masa depan, teknologi akan memungkinkan Bangkok Hospital melayani pasien di luar lingkungan rumah sakit. Memanfaatkan sensor berbasis IoT, kondisi pasien bisa tetap dipantau meski mereka sudah berada di rumah. “Jadi ketika kami mendapati gejala mencurigakan, kami bisa langsung meminta pasien tersebut memeriksa kesehatannya di rumah sakit” tambah Veerasak.